Minggu, September 8, 2024
spot_imgspot_img
Advertisementspot_img

FAKTA TERBARU

Kontraversi Pembangunan Tugu Tobong Gamping Untuk Gantikan Patung Pengendhang, Akademisi: ‘Patung Tobong Sebaiknya Tidak Dikerjakan.’

Advertisementspot_img
Advertisementspot_img
Advertisementspot_img
Advertisementspot_img
Advertisementspot_img

GUNUNGKIDUL (fakta9.com)_ _// Rencana Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk mengganti Patung Pengendhang yang berada di Bundaran Siyono, Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen, dengan icon baru berupa Tugu Tobong Gamping banyak menuai kontraversi.


Baca juga : Icon Patung Pengendhang di Bunderan Siyono, Akan Diganti Dengan Tugu Tobong Gamping


Seperti disampaikan oleh Wakil Ketua DPRD Kabupaten Gunungkidul, Heri Nugroho, S.Sn, jika Patung Pengendhang yang masih berdiri kokoh dibundaran Siyono memiliki makna yang mendalam.

“Kendang merupakan pengatur ritme, pengendali instrumen, dan mempunyai filosofi seorang pemimpin.” Jelasnya, Minggu (17/04/2022).

Ketua DPD Partai Golkar Gunungkidul tersebut juga beranggapan bila mana patung tobong itu dibangun serta dijadikan monumen, pastinya akan mengundang banyak wisatawan sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan arus lalu lintas di daerah Bundaran Siyono.

“Monumen Tobong mesti akan mengundang banyak orang untuk wisata, apa ora tambah ruwet lalin di Bundaran Siyono.? (apa tidak menambah kemacetan arus lalu lintas di Bundaran Siyono?).” Imbuhnya.

Sementara menurut pendapat seorang akademisi Dr.Antonius Budisusila, SE., M. Soc.Sc, jika Icon Patung Pengendang itu dulu menarasikan Gunungkidul sebagai maestro seni dan budaya karena punya seniman dan seniwati yang handal.

Serta menjadi simbol karya dan kreasi cipta ekonomi kreatif, akan tetapi konsep tersebut sampai saat ini tidak digarap dengan sungguh-sungguh.


Baca Juga : Lurah Balong Diduga Menyelewengkan Dana Ganti Rugi JJLS, Koordinator GCW: Mengembalikan Uang Hasil Korupsi Tidak Menghapus Unsur Pidana


Ketidakmampuan dalam mewujudkan icon patung Pengedhang tersebut menurut Antonius Budisusilo diantaranya karena beberapa alasan, yaitu para seniman yang terfragmemtasi, fasilitas infrastruktur yang ‘nanggung‘ serta akses dan melek media yang belum terkonsilidasi. Diperparah lagi dengan keterpurukan karena pandemi Covid-19.

“Situasi sulit itulah yang harus dipecahkan. Kalau mau diganti dengan Tugu Tobong Gamping, lantas apa yang mau dijadikan roh dan jiwanya? Kenapa tidak simbol yang lain?” terangnya.

Suatu simbol atau icon yang dibangun lanjut Dosen Universitas Sanata Dharma tersebut akan memiliki arti dan makna bagi masyarakat.

“Maka menurut saya, Patung Tobong sebaiknya tidak dikerjakan dan carilah ide dan narasi yang hidup di masyarakat,” Pungkasnya.

 

Advertisementspot_img
Advertisementspot_img

FAKTA TERBARU

Advertisementspot_img
Advertisementspot_img
Advertisementspot_img

BACA JUGA