GUNUNGKIDUL, (Fakta9.com)_ _// Fenomena tingginya harga minyak goreng saat ini menghantui masyarakat. Penerapan kebijakan satu harga (single price) untuk komoditas minyak goreng yang dimulai per 1 Februari oleh pemerintah belum berjalan optimal.
Seperti disampaikan oleh salah seorang penjual gorengan Rukiyati (53) warga Padukuhan Ngrandu, Kalurahan Katongan, Kapanewon Nglipar, jika stok minyak goreng di pasaran itu masih ada, meski jumlahnya tidak terlalu banyak. Namun begitu, saat ini harganya masih tinggi.
Baca Juga : Jadwal Rekrutmen THL Terlalu Singkat, Ketua DPC Gerindra Angkat Bicara
“Harga saat ini masih tinggi Rp 19 ribu,” Jelasnya, Kamis (24/02/2022)
Untuk kebijakan satu harga yang ditetapkan pemerintah, setiap konsumen hanya diperbolehkan membeli maksimal 2 liter. Menurutnya dirasa kurang efektif. Hal itu lantaran setiap hari Rukiyati harus menyediakan sedikitnya empat liter minyak goreng untuk menjalan usaha gorengannya.
Sedangkan, apabila harus menaikkan harga gorengan, nantinya dipastikan akan berdampak dengan jumlah pembeli.
“Kalau kita naikkan harga gorengan, nantinya pasti pembeli juga berkurang. Tapi jika seperti ini terus (harga minyak goreng mahal) lama-lama pasti gulung tikar.” Keluhnya.
Terpisah Kasi Distribusi bidang Perdagangan, Sigit Haryanto, SP.MAP saat di konfirmasi melalui pesan whatsApp, menjelaskan bahwa, minyak goreng yang masuk dalam kebijakan satu harga (single price) Rp 14 ribu/liter stoknya terbatas.
“Memang untuk stok minyak goreng satu harga memang dibatasi setiap konsumen hanya bisa membeli maksimal 2 liter.” terangnya
Baca Juga:Disperindag Himbau Bagi Pengusaha Tahu dan Tempe Untuk Menyiasati Kenaikan Harga Kedelai
Untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan minyak goreng Dinas Perdangan akan terus melakukan pantuan di swalayan, distributor, serta pasar tradisional.
” Operasi pasar akan terus kita galakkan,” tutur Sigit.
Ironisnya, Indonesia merupakan negara penghasil sawit terbesar dunia. Sawit merupakan bahan baku utama pembuatan minyak goreng. Namun minyak goreng sangat mahal terus langka saat harganya distandarisasi.