GUNUNGKIDUL, DIY (FAKTA9.COM)_ _// Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Dinas Pertanian dan Pangan Bidang Perkebunan dan Hortikultura menggelar Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada tanaman mete di Kelompok Tani Binangun Kapanewon Karangmojo sebagai salah satu sentra produksi mete.
Kegiatan ini bertujuan untuk menekan serangan hama dan penyakit yang selama ini menjadi ancaman bagi produktivitas tanaman mete di wilayah tersebut.
Baca juga : Menjadi Korban Kejahatan, Pelajar Asal Lendah Mendapatkan Luka Sabetan Sajam
Tanaman mete merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Gunungkidul yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Namun, produktivitas dan kualitas hasil tanaman mete seringkali terganggu oleh serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya pengendalian OPT yang terkoordinasi dan berkelanjutan. Oleh karena itu, Gerakan Pengendalian Tanaman Mete ini diadakan untuk melindungi tanaman dari kerusakan dan memastikan hasil panen yang optimal.
Gerakan yang dilaksanakan bersama BPP Karangmojo, POPT, Bhabinkantibmas, Babinsa serta melibatkan anggota kelompok tani, Lokasi Gerakan pengendalian berada di Bulak Dulgunung dengan luasan mencapai 3-5 Ha. Para petani mendapatkan pengetahuan mengenai teknik pengendalian OPT, identifikasi hama dan penyakit, serta penggunaan pestisida yang tepat dan ramah lingkungan.
“Kegiatan ini sangat penting untuk menjaga produktivitas tanaman mete, yang merupakan salah satu komoditas unggulan Gunungkidul. Melalui gerakan pengendalian ini, kami berupaya mengurangi dampak negatif dari serangan OPT yang seringkali menyebabkan penurunan kualitas dan hasil panen.” Ujar Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura, Aning Sri Mintarsih.
Dalam pelaksanaan kegiatan, beberapa metode pengendalian diterapkan, mulai dari pengendalian secara budidaya seperti pemangkasan dan pengaturan jarak tanam, hingga pengendalian mekanis dan biologis.
“Salah satu pendekatan yang mendapat perhatian adalah penggunaan biopestisida dan pelepasan musuh alami untuk mengendalikan hama secara alami, sehingga dapat mengurangi penggunaan bahan kimia.” Jelasnya.
Selain itu, pemasangan perangkap hama dan pengumpulan serta pemusnahan bagian tanaman yang terinfeksi juga dilakukan secara serentak di seluruh wilayah target. Hasilnya, dalam dua bulan terakhir, populasi hama penggerek bunga dan penyakit antraknosa dilaporkan menurun drastis, hingga mencapai 60% dari kondisi sebelumnya.
Baca juga : Bupati Gunungkidul Berikan Sanksi Tegas, Lakukan Pelanggaran Berat Satu ASN Dipecat
“Gerakan ini sangat membantu para petani mete, dalam mengurangi kerugian akibat hama. Kami juga diajarkan cara-cara pengendalian yang ramah lingkungan, sehingga kami bisa melindungi tanaman kami tanpa merusak lingkungan sekitar.” Ungkap Eli Setiawan selaku Ketua kelompok Tani.
Keberhasilan gerakan ini tidak lepas dari peran serta para petani dan dukungan dari berbagai pihak, yang ikut serta dalam penyuluhan dan pelatihan. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi model bagi pengendalian OPT di wilayah lain dan berkelanjutan di tahun-tahun mendatang.
Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul berencana untuk melanjutkan program ini dengan meningkatkan kapasitas petani melalui penyuluhan berkelanjutan dan dukungan sarana prasarana, guna memastikan tanaman mete di Gunungkidul tetap produktif dan berkualitas tinggi.