GUNUNGKIDUL, (Fakta9.com)___//Ki Rustiyanta, merupakan seorang Dalang asal Kalurahan Botodayakan, Kapanewon Rongkop, Kabupaten Gunungkidul.
Lelaki kelahiran 15 September 1972 silam itu, aktif mendalang sejak era tahun 1990-an. Darah seni yang ia miliki merupakan keturunan dari Kakek Buyutnya. Diterangkan oleh Ki Rustiyanta jika pertunjukan wayang kulit itu tidak hanya sekedar tontonan. Namun juga sarat tuntunan untuk diapllikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Pertunjukan wayang tak hanya sekedar tontonan, tapi sebuah tuntunan bagi kehidupan bermasyarakat.” terang Ki Rustiyanta.
Baca Juga : Peran Keluarga Dalam Penanganan Resiko Pinjol
Disampaikan juga bahwa menjadi seorang dalang tidak hanya cupun piawai dalam memainkan wayang saja, melainkan juga harus memiliki pengetahuan yang luas. Hal itu lantaran dizaman dahulu,pertunjukan wayang meruupakan salah satu media dakwah untuk menyebarkan agama islam di tanah jawa yang dilakukan oleh Sunan Kali Jaga.
Konon menurut cerita sebelum mementaskan hiburan wayang, Sunan Kali Jaga akan mengumpulkan masyarakat (penonton). Sebelum pertunjukkan mereka dipersilahkan untuk berwudlu dengan menggunakan 3 mata air yang masing-masing diberi rendaman bunga Mawar, Kenanga, serta Kanthil.
“Bunga Mawar dalam bahasa jawa diibaratkan ‘urip iku mawarno-warno’ (hidup itu warna-warni). Dimana ada yang berprofesi sebagai Pejabat, Petani, Pedagang, Nelayan dan sebagainya. Kemudian kembang Kenanga diibaratkan ‘urip iku ngapa-ngapa kena’ (hidup itu bebas melakukan pilihan), namun harus dilandasi dengan rasa penuh tanggung jawab. Sedaangkan untuk bunga Kanthil diartikan manusia memiliki akhlak ‘ kanthil kemantil’. Yang dapat diartikan memiliki akhlak yang berbeda-beda.” Jelasnya
Selanjutnya disampaikan oleh Dalang yang juga berprofesi sebagai Guru di SD Negri Cabe, Rongkop tersebut bahwa dalam mempersiapkan pertunjukan ada banyak tokoh pewayangan yang dipasang berjejer disamping kanan dan kiri Dalang yang disebut dengan simpingan wayang.
Simpingan wayang ini harus ada. Disebelah kiri merupakan wayang yang memiliki watak jahat, seperti tokoh Buto yang memiliki badan besar, mukanya merah, yang menggambarkan tokoh yang sedang murka. Namun begitu tidak semua raksasa yang berbadan besar tersebut merupakan tokoh yang jahat, ada juga yang memiliki watak yang baik seperti Kumbokarno. Sedangkan sebelah kanan adalah wayang dengan tokoh berwatak halus berbudi pekerti luhur seperti Bima , Werkudara, Kresna, Puntodewa, Janaka, itu menggambarkan bahwa orang hidup itu harus mengutamakan untuk berbuat baik.
Dalam menentukan alur cerita dalam pementasan pun juga tidak boleh asal-asalan. Misalnya misalnya yang mengundang itu orang yang memperingati seribu hari kematian, maka yang disampaikan itu harus sesui dalam keadaan yang menanggap contoh judulnya yaitu Pandu Suargo, Abiyoso Suargo. Lalu jika hajat nikah, yang disampaikan dalam lakon itu adalah pernikahan yaitu Marto Kromo atau Noroyono Kromo dan lain sebagainya.
Baca Juga : LSM Jerami Gunungkidul Adakan Lomba Mewarnai Online Untuk Menumbuhkan Kreatifitas dan Kognitif Anak.
Perkembangan wayang kulit sudah cukup pesat dimasyarakat, bahkan peminatnya tidak hanya kalangan orng tua saja, remaja dan anak- anak bahkan ada yang sudah menggeluti profesi ini. Selain itu sudah banyak sekali organisasi\ perkumpulan dalang menaungi para seniman wayang (Dalang).
Ditengah pandemi Covid sekarang ini Dalang dituntut harus memiliki inovasi kreatif untuk dapat memberikan tontonan serta tuntunan terhadap masyarakat.
Meskipun sedang diberlakukan pembetasan kegiatan masyarakat, diera teknologi digital dalang dapat tampil secara live streaming untuk menghibur masyarakat.
“Dalang dituntut untuk kreatif dan inovatif, dalam memberikan hiburan serta tuntunan terhadap masyarakat di tengah pandemi Covid-19.” Pungkasnya.
Ditulis oleh : Lukiana & Aminda Sari
Mahasiswa STAI Yogyakarta
Dosen Pembimbing: Hudan Mudaris, SEI, M.Si.