Gunungkidul, (fakta9.com)__Secara ringkas pendidikan kewarganegaraan, atau PKN, bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme serta nilai-nilai moral bagi pelajar sejak dini. Materi pendidikan tersebut sebagai pondasi dalam menjalankan kewajiban dan memperoleh hak sebagai warga negara, demi kejayaan dan kemuliaan bangsa.
Ikon Yogyakarta, sebagai miniatur Indonesia sudah mulai terganggu dengan aksi intoleransi yang mulai marak belakangan ini. Salah satunya adalah maraknya aksi klitih yang dilakukan oleh remaja ataupun pelajar yang sangat meresahkan masyarakat.
Baca Juga: Lulusan Dari SMK Giri Handayani Banyak Dilirik Industri Kesehatan
Ketua STIKIP Catur Sakti Yogyakarta, Dra. Jirhana, M.Pd kepada Fakta9.com pada Sabtu, (13/02/2021) berpendapat bahwa terjadinya konflik dan krisis kultural tersebut tidak terlepas dari “teralineasinya” nilai-nilai budaya bangsa dari proses pendidikan. Padahal pendidikan merupakan medium internalisasi, pelestarian, dan pengembangan budaya bangsa bagi setiap anak didik. Nili-nilai budaya yang adiluhung tersebut terabaikan dalam proses pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).
Dalam praktik pembelajaran pendidikan multikultural belum menunjukkan hasil sesuai keinginan. Para peserta didik hanya pandai menghafal fakta, konsep, dan peristiwa, tetapi kering dan tidak bermakna bagi kehidupan riil siswa.
“Implementasi pendidikan kwarganegaraan belum nampak diterapkan oleh siswa dalam kehidupan bermasyarakat.” jelasnya.
Melalui pengembangan model pembelajaran PKN berbasis multikultural diharapkan dapat membantu siswa dalam menggali, memformulasikan, mendeskripsikan, menganalisis, dan mengimplementasikan pengetahuan, nilai-nilai dan tingkah laku multikulturalnya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Ditambahkan bahwa kompetensi multikultural merupakan bekal untuk dapat hidup secara humanis, demokratis, beradab, dan bermartabat. Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata dan kota pelajar, yang dihuni oleh masyarakat yang bearsal dari beragam etnis dan suku, memerlukan adanya proses pendidikan yang mampu memberikan kompetensi multikultural yang memadai bagi setiap masyarakatnya untuk dapat hidup damai dan harmonis dalam keberagaman.
“Metode pembelajaran yang dihasilkan diharapkan dapat membantu meningkatkan skill multikultural yang mencakup dan terlihat dalam kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan ide, skill bekerjasama dan skill ntuk memecahkan masalah.” Pungkas Jirhana.
(Redaksi_fakta9)