Senin, September 1, 2025

FAKTA TERBARU

Meriahnya Gebyar Keistimewaan 2025 di Gunungkidul

Advertisementspot_img
Advertisementspot_img

GUNUNGKIDUL, DIY (FAKTA9.COM)_ _// Ratusan masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua, mendatangi Alun-alun Wonosari untuk mengikuti Gebyar Keistimewaan 2025 yang menandai 13 tahun lahirnya Undang-Undang Keistimewaan DIY, Minggu (31/08/2025) malam.


Baca Juga : Tiga Orang Luka-Luka Usai Alami Kecelakaan di Simpang Empat Budegan


Acara berlangsung lebih meriah dengan hadirnya bazar UMKM dan pameran keistimewaan yang menampilkan produk-produk unggulan dari seluruh wilayah DIY, mulai Gunungkidul, Bantul, Sleman, Kulon Progo hingga Kota Yogyakarta. Sejumlah penampilan musik juga turut menyemarakkan panggung utama.

Dalam sambutannya yang dibacakan oleh Paniradya Pati, Aris Eko Nugroho, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan pesan mendalam melalui tema “Ngupokoro Budi”. Tema ini, menurut Sri Sultan, mengandung tekad bersama untuk merawat kebudayaan, menjaga ketenteraman, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Esensi pesan yang ingin disampaikan sederhana namun mendalam. Setiap peringatan bukan semata untuk mengulang kenangan, melainkan untuk menghidupkan kembali makna serta memperkuat langkah ke depan. Keistimewaan DIY pada hakikatnya adalah bagaimana kita menjaga warisan leluhur, sambil terus memastikan relevansinya dalam perkembangan zaman.” Tutur Sri Sultan dalam sambutannya.

Lebih lanjut, Sri Sultan menyampaikan bahwa Ngupokoro Budi adalah pengingat bahwa peringatan hanya bermakna jika mampu menumbuhkan kesadaran akan asal-usul dan jati diri. Dari kesadaran itulah lahir prasantiluko, tempat teduh yang membuat masyarakat merasa terlindungi dan diberdayakan.

“Memasuki usia ke-13 ini, mari kita rawat keistimewaan dengan sikap yang tidak tergesa dan tidak berlebihan. Kita hadapi tantangan dengan bijak, kita kelola peluang dengan penuh tanggung jawab, serta kita jaga keseimbangan antara tradisi dan modernisasi. Dengan cara itulah keistimewaan dapat terus hidup, bukan hanya sebagai warisan legal formal, melainkan sebagai laku keseharian masyarakat.” Ujarnya.

Sri Sultan juga berharap Gebyar Keistimewaan menjadi momentum penguatan komitmen bersama.

“Apapun peran dan posisi kita pelaku seni, pelaku usaha, akademisi, birokrat, maupun warga biasa kita adalah bagian dari perjalanan istimewa ini. Semoga kebersamaan ini membawa manfaat, keberkahan, dan kedamaian bagi seluruh warga DIY.” Pungkasnya.

Baca Juga : Aspirasi Damai Dihormati, Tindakan Anarki Akan Ditindak Tegas


Sementara itu, Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih mengatakan bahwa peringatan 13 tahun Undang-Undang Keistimewaan menjadi momentum refleksi sekaligus doa bersama lintas agama.

“Malam ini kami memperingati 13 tahun Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta sekaligus melakukan doa bersama lintas agama untuk bumi pertiwi, untuk Indonesia, untuk Yogyakarta, dan khususnya untuk Kabupaten Gunungkidul yang dipimpin oleh tokoh agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Buddha, bersama seluruh masyarakat Gunungkidul.” Ujarnya.

 

Advertisementspot_img
Advertisementspot_img

FAKTA TERBARU

Advertisementspot_img

BACA JUGA