Gunungkidul (Fakta9.com)_ _//Siklon tropis Anggrek atau badai tropis anggrek menyebabkan hujan disertai angin terus menerus mengguyur wilayah Indonesia, termasuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
“Pada tanggal 18 sampai dengan 19 Januari 2024 sudah tercatat sebanyak 27 kejadian kerusakan dampak dari Badai Tropis ini, yakni dampak dari angin kencang dan tanah longsor.” Terang Purwono selaku Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Gunungkidul.
Baca Juga : Sempat Macet Selama 30 Menit, Pemotor Tertimpa Pohon di Jalan Yogyakarta – Wonosari
Sebagai pencegahan dini, Ia menghimbau kepada masyarakat untuk selalu update informasi cuaca, dan menjadi perhatian peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.
“Pemangkasan pohon lapuk dan cabang berlebih yang berpotensi mengancam jika terjadi angin kencang, dan jika terjadi hujan deras disertai angin kencang dan petir, diharapkan untuk menghindari pohon besar, tiang listrik, Baliho, daerah rawan longsor dan Daerah Aliran Sungai.” Ujarnya.
Selain itu, Purwono juga menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan perawatan dan pembersihan saluran air serta Drainase secara berkala.
Sedangkan berdasarkan pantauan dari BMKG Stasiun Meteorologi Yogyakarta merinci, pada Jumat 19 Januari 2024 potensi hujan ringan hingga sedang akan berlangsung di Gunungkidul.
BMKG Stasiun Meteorologi Yogyakarta juga memberikan peringatan dini cuaca di wilayah DI Yogyakarta, hujan dengan intensitas sedang akan berlangsung di Gunungkidul.
Mengutip situs Pemkab Gunung Kidul, siklon tropis Anggrek adalah jenis badai siklon tropis yang dapat membawa angin kencang, hujan lebat, banjir, dan gelombang pasang.
Baca Juga : Caleg Libatkan Anak Dalam Kampanye, Kasusnya Ditangani Kepolisian
Nama Anggrek diberikan oleh BMKG Indonesia pada tahun 2010 dengan alasan agar suatu siklon tropis yang muncul tidak dianggap sebagai hal buruk. Hal ini juga berguna untuk membuat tenang masyarakat sehingga situasi menjadi terkendali.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, siklon Tropis Anggrek ini menyebabkan dampak tidak langsung berupa adanya wilayah konvergensi (pertemuan massa udara) di wilayah Jawa yang meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa khususnya D.I Yogyakarta.
Akibatnya, terjadi hujan yang terus-menerus dengan intensitas sedang-lebat di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.