Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_img
Advertisementspot_img

FAKTA TERBARU

Menyingkap Jejak Penari Tayub (1)

Advertisementspot_img

GUNUNGKIDUL,(Fakta9.com)_ _ //Kesenian tradisional Tayub atau yang lebih sering di sebut dengan istilah Ledek merupakan kesenian rakyat yang tumbuh dari masyarakat pinggiran. Maka tak heran jika melihat gerakanya kadang terkesan tak ada pakem/ patokan  khusus didalamnya. Penari-penarinya pun kebanyakan hanya belajar secara otodidak. .

Kesenian Tayub ini juga sarat sejarah, khususnya di tanah jawa.

Menurut cerita yang tumbuh dimasyarakat, istilah Tayub diambil dari kata ‘tata’ dan ‘guyub’ yang memiliki artinya kurang lebih ditata/ diatur supaya terlihat guyup (rukun).

Dalam konteks yang bisa dilihat yaitu bersama menari atau bersenang -senang tetapi tetap dalam tatanan atau aturan.

Baca Juga: Dugaan Penghinaan yang Menyeret Oknum Dukuh Berbuntut Panjang, LBH Menduga Ada Unsur Pemerasan

Salah satu wilayah di Kabupaten Gunungkidul, terdapat padukuhan yang sebagian penduduknya berprofesi sebagai seniman Tayub, yaitu wilayah Padukuhan Badongan, Kalurahan Karangsari, Kapanewon Semin.

Salah satunya Sunaryo (58) atau lebih akrab dipanggil Jayus. Ia merupakan salah satu seniman tayub yang memulai profesi sebagai penabuh gamelan sejak usia muda.

Sudah lebih dari 40 tahun Jayus malang melintang di dunia kesenian Tayub, bahkan dari kesenian ini pulalah, Jayus dipertemukan dengan pasangan hidupnya, Sumarni (55) yang berprofesi sebagai penari tayub.

“Kami bertemu di daerah Wonosobo (Jawa tengah) di lereng Gunung Sumbing tepatnya desa Banyu Ngudal. Disana (lereng Gunung Sumbing) setiap tahun di bulan Sapar (Shafar) selalu diadakan ritual bersih desa dengan nanggap tayub.” ujar Sumarni kepada media saat di temui di rumahnya Minggu, ( 03/10/2010).

Baca Juga: Rumput Laut, Dapat Dijadikan Olahan yang Kaya Manfaat

Menjadi seniman tayub sejak muda tentu banyak suka duka yang sudah dilalui oleh pasangan ini, termasuk dengan adanya pandemi. Dimana hampir semua seniman merasakan langsung dampak dari adanya pandemi covid-19 ini.

“Sebenarnya bapak (Jayus) bukan cuma penabuh gamelan di tayub tapi juga ikut menjadi pengrawit wayang dan campursari. Tapi hampir dua tahun ini ya begini,semuanya ga ada yang pentas karena corona dan PPKM m.” imbuh Sumarni sambil memperagakan beberapa gerakan tari tayub.

Fitri_fakta9.com

Advertisementspot_img
Advertisementspot_img

FAKTA TERBARU

Advertisementspot_img
Advertisementspot_img
Advertisementspot_img

BACA JUGA